Adab Seorang Pelajar Kepada Gurunya


Pengertian Adab

Adab adalah satu istilah bahasa Arab yang berarti adat kebiasaan. Kata ini
menunjuk pada suatu kebiasaan, etiket, pola tingkah laku yang dianggap sebagai
model.

Selama dua abad petama setelah kemunculan Islam, istilah adab membawa implikasi
makna etika dan sosial. Kata dasar Ad mempunyai arti sesuatu yang mentakjubkan,
atau persiapan atau pesta. Adab dalam pengertian ini sama dengan kata latin
urbanitas, kesopanan, keramahan, kehalusan budi pekerti masyarakat kota sebagai
kebalikan dari sikap kasar orang badui.

Dengan demikian adab sesuatu berarti sikap yang baik dari sesuatu tersebut.
Bentuk jamaknya adalah Âdâb al-Islam, dengan begitu, berarti pola perilaku yang
baik yang ditetapkan oleh Islam berdasarkan pada ajaran-ajarannya. Dalam
pengertian seperti inilah kata adab.

Sumber Adab
Adat kebiasaan di dalam banyak kebudayaan selain kebudayaan Islam sangat
ditentukan oleh kondisi-kondisi lokal dan oleh karena itu tunduk pada
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam kondisi-kondisi tersebut. Menurut
W.G. Summer, dari berbagai kebutuhan yang timbul secara berulang-ulang pada
satu waktu tertentu tumbuh kebiasaan-kebiasaan individual dan adat kebiasaan
kelompok. Tetapi kebiasaan-kebiasaan yang muncul ini adalah
konsekuensi-konsekuensi yang timbul secara tidak disadari, dan tidak
diperkirakan lebih dulu atau tidak direncanakan.

Ahlak dan adab Islam tidaklah bersifat “tanpa sadar” seperti dalam pengertian
di atas. Adab dan kebiasaan-kebiasaan Islam itu berasal dari dua sumber utama
Islam, yaitu al-Qur’an dan Sunnah, perbuatan-perbuatan dan kata-kata Nabi serta
perintah-perintahnya yang tidak langsung. Oleh karena itu akhlak Islam itu
jelas berdasarkan pada wahyu Alloh SWT.

Adab seorang pelajar terhadap Gurunya

Adab peserta didik terhadap gurunya adalah adab paling penting yang harus dimiliki oleh seorang peserta didik, hendaklah dia menganggap gurunya sebagai seorang pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar yang mengajarkan ilmu pada peserta didik, serta sebagai pendidik yang membimbingnya pada budi pekerti yang baik. Seorang peserta didik kalau tidak percaya dengan gurunya pada dua hal ini, maka dia tidak akan mendapatkan apa yang dia inginkan.

Berlakulah penuh sopan santun pada guru, baik saat duduk bersama, berbicara padanya, saat bertanya dan mendengarkan pelajaran, bersikap baik saat membuka lembar buku di hadapanya, jangan banyak bicara dan berdebat dengannya, jangan mendahuluinya baik dalam berbicara maupun saat berjalan, jangan banyak berbicara padanya dan jangan memotong pembicaraannya baik di tengah-tengah pelajaran maupun lainnya, jangan ngotot bisa mendapatkan jawaban darinya, jauhinya banyak bertanya terutama dalam situasi ramai, karena akan membuatmu berbangga diri, namun bagi gurumu akan membuat bosan.

Sebagai sebuah gambaran, jika peserta didik ragu-ragu dengan kemampuan ilmu gurunya, bagaimana mungkin dia akan mengambil manfaatnya darinya ? Nantinya semua masalah yang disampaikan oleh gurunya tersebut tidak akan dia terima sampai dia menanyakan hal itu kepada orang lain atau menelitinya sendiri. Ini adalah kesalahan dari dua sisi, yaitu dari sisi penghormatan dan sikap. Adapun dari sisi penghormatan , maksudnya adalah seharusnya seseorang itu tidak boleh mengajar kecuali kalau dia memang ahlinya, juga seharusnya peserta didik itu tidak memilih guru keculi dia yakin pada kemampuan ilmunya.

Adapun kesalahan sikap, bahwasanya seorang peserta didik kalau menempuh cara ini, niscaya dia akan membangun ilmunya diatas tepi jurang yang akan runtuh, karena jiwanya sendiri binggung, tidak percaya pada guru yang mengajarnya. Oleh karena itu akan sia-sia waktunya serta akan lenyap ilmu yang didapatnya.

“Dasar keilmuan itu tidak bisa dipelajari sendiri langsung dari kitab (buku)” (syaikh Bark). Sesunggunya seorang itu harus belajar pada guru, bahkan seharunya pada guru yang mumpuni, yang mahir untuk memberikan rahasia-rahasia ilmu. Hal ini akan memberi rasa aman dari kesalahan dan kemundaratan. Dengan demikian peserta didik harus menjaga kehormatan gurunya, oleh karena itu merupakan tanda kesuksesan, keberhasilan dan tanda bahwa engkau akan mendapatkan ilmu. Perkara keharusan belajar dari seorang guru ini adalah keharusan yang gemilang.

“Jadikan gurumu sebagai orang yang engkau mulikan dengan engkau menghargai dan menghormati serta bersikaplah yang lebut pada beliu ” (syaikh bark). Ini semuanya benar, namun sudahkah kita mengamalkannya ?

Jika ada seorang peserta didik lewat dihadapan gurunya lalu tidak mengucapkan salam, apakah ini tidakan sopan ? tidak … bahkan kadang-kadang kalau ada gurunya datang seorang peserta malah lewat dengan cepat, ini bukan kadang-kadang kalau ada gurunya datang peserta didik malah lewat dengan cepat, ini bukan sebuah tindakan yang sopan.

Sesungguhnya adab yang paling mulia, yang mencakup seluruh adab islam baik perkataan maupun perbuatan, yang mengimplikasikannnya, memotivasikannya, menginfirasikannya, merumuskan langkah-langkah dari perincian adab kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebab pada hakekatnya, itulah agama secara menyeluruh. Sikap yang sopan terhadap Rasullah, orang yang mengajarkan, orang yang mengajar kebaikan kepada manusia yang terdapat dalam firman Allah SWT :

“ janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain)… “
(QS : An-Nuur 63)

Ada dua pendapat para ulama tentang tafsir ayat ini :
Pertama, janganlah kalian memanggil Rasulullah menyebut namanya, sebagaimana kalian saling memanggil atara sesame kalian.

Kedua, janganlah kalian jadikan panggilan (seruan) Rasulullah pada kalian seperti panggilan kepada sesama , tetapi kalian harus menjawabnya dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya….. Maksudnya janganlah kalian jadikan Rasulullah kepada kalian seperti panggilan kalian kepada sesama. Dan berdasarkan kaidah dalam penafsiran Al-Qur’an bahwa kalau sebuah ayat mengandung dua makna yang tidak saling menafsirkan, maka apakah boleh ditafsirakn dengan kedua makna tersebut ? Jawabnya, boleh ditafsirkan dengan kedua makna tersebut sebagai berikut :

Sebagimana tidak layak bagimu memangil bapak kandungmu : “ Wahai fulan “, atau “ wahai bapakku fulan” maka hal itu juga tidak pantas pada gurumu.
Janganlah peserta didik katakan kepada bapak atau Ibu kandungnya “ wahai fulan”, demikian juga terhadap bapak atau ibu yang mengajarkan ilmu kepadamu. Janganlah katakan kepadanya “ wahai fulan”, dengan kata lain bahwa bapak kandungmu lebih rendah derajatnya dari pada bapak atau Ibu guru yang telah mengajarkan ilmu kepadamu.
Selalu bersikap hormat terhadap majelis ilmu, dan nampakanlah kegembiraan dan bisa mengambil maknanya saat belajar.

Peserta didik harus menampakkan kegembiraan dan bisa mengambil maknanya saat belajar, harus bersikap sabar dan tidak boleh bersikap bosan.
Dan jika peserta didik mengetahui kesalahan atau kebingungan gurunya, jangan jadikan itu alasan untuk meremehkannya, karena itulah yang akan menjadi sebab perserta didik tidak akan memperoleh ilmu, dan siapakah orangnya yang tidak pernah salah ?

Peserta didik tidak boleh berdiam diri terhadap sebuah kesalahan, karena sikap ini akan bisa membahayakan peserta didik maupun gurunya, dan apabila peserta didik mengingatkannya lalu gurunya sadar, maka gurunya akan meralat kesalahan tersebut, begitu juga kesalahan yang tidak disengaja, misalanya kalau guru mengucapkan kalimat yang sebenarnya tidak ia inginkan, maka harus ditegur.

Hati-hati, jangan sampai membuat gusar guru anda, hindari perang urat saraf dengannya, dalam artian jangan menguji kemampuan ilmiyah maupun ketabahan guru anda.
Dan jika peserta didik ingin pindah belajar pada guru lain, maka mintalah ijin kepadanya, karena sikap ini lebih menunjukan sikap hormat peserta didik terhadap gurunya.
ingin lebih mendalam Klik disini